Pengertian dan Contoh Perubahan Makna Sinestesia

Posted on

Pengertian dan Contoh Perubahan Makna Sinestesia – Kata bermakna dalam bahasa dan sastra Indonesia tidak serta merta memiliki makna yang tetap. Makna kata bisa saja bergeser atau malah berubah karena faktor-faktor tertentu. Faktor yang menyebabkan pergeseran makna diantaranya ialah faktor perkembangan zaman, faktor tabu, faktor polysemi, dan faktor kebetulan. Pergeseran makna kata dalam bahasa dan sastra Indonesia juga terdiri atas beberapa macam jika ditinjau dari bentuknya. Salah satu diantaranya ialah perubahan makna sinestesia. Perubahan makna sinestesia adalah pergeseran makna yang disebabkan oleh pertukaran makna yang erat kaitannya dengan penginderaan manusia. Perhatikan contoh berikut :

1. Elok

Kata “elok” adalah kata yang dimaknai sebagai keindahan dari hasil penginderaan salah satu panca indera manusia yakni mata. Akan tetapi dalam konteks kalimat bisa saja kata “elok” diinderakan oleh alat indera lainnya. Perhatikan contoh kalimat berikut :

– Sungguh elok sekali perkataan tuan guru itu.

Penjelasan :

Kata “elok” pada kalimat di atas diinderakan dengan panca indera pendengaran atau telinga. Padahal kata “elok” identik dengan indera penglihatan atau mata.

2. Indah

Kata “indah” dapat bergeser makna dengan menjadi obyek penginderaan pendengaran dalam konteks kalimat yang berbeda. Meskipun secara umum makna kata “indah” hanya dapat diinderakan dengan alat indera pendengaran. Perhatikan contoh kalimat berikut :

– Suara adzan yang dikumandangkan oleh muadzin muda itu begitu indah.

3. Lembut

Makna dari kata “lembut” secara umum hanya dapat dirangsang oleh indera perasa. Akan tetapi dalam konteks kalimat, kata “lembut” bisa saja dimaknai oleh indera pendengaran.

Contoh kalimat :

– Tutur kata gadis itu sangatlah halus dan lembut, sehingga setiap orang yang berinteraksi dengannya merasa sangat nyaman.

4. Manis

Kata “manis” secara umum dapat dimaknai dengan indera pengecap. dalam konteks kalimat tertentu kata “manis” dapat dirasakan oleh indera lainnya.

Contoh kalimat :

– Setelah lama tak bertemu, kini kau tumbuh menjadi wanita yang manis dan cantik. (kata “manis” yang diinderakan oleh penglihatan)

5. Enak

Kata “enak” bukan hanya dapat dimaknai dengan indera pengecap saja. dalam konteks kalimat tertentu, kata “enak” dapat dimaknai oleh indera lain.

Contoh :

– aroma masakanmu enak sekali, pasti rasanya lebih luar biasa lagi. (kata “enak” dimaknai dengan alat indera penciuman)
– Suaramu sungguh tak enak di dengar, berhentilah bersenandung! (kata “enak” dimaknai dengan alat indera pendengaran)

6. Masam

Kata “kecut” secara umum dimaknai dengan indera pengecap. Pergeseran makna pada kata “kecut” akan terjadi jika konteks kalimatnya seperti pada contoh berikut :

– Tiba-tiba wajah bibi berubah masam ketika mendengar kabar anaknya tertangkap polisi. (kata “masam” dimaknai oleh indera pendegar)

7. Kecut

Sama halnya dengan kata “masam”, kata “kecut” juga dapat dimaknai oleh indra lain pada tubuh manusia. Perhatikan contoh kalimat berikut:

– Wajah Aisyah berubah kecut seketika pada saat mendengar keputusan ayahnya untuk menjodohkan dirinya dengan pria yang tak ia kenal. (kata “kecut” dimaknai oleh indera pendengaran)

[sc:ads]

8. Dingin dan Hangat

Kata “dingin” dan “hangat” secara umum dimaknakan dengan indera perasa. Dalam konteks kalimat yang berbeda, pergeseran makna kata dapat terjadi seperti halnya dalam contoh kalimat berikut :

– Tak pernah sekalipun Dita bersikap ramah kepadaku, sikapnya selalu saja dingin. (pergeseran makna kata “dingin” dengan penginderaan penglihatan)
– Bibi Marisa selalu bersikap hangat pada siapa saja yang ia kenal. (pergeseran makna kata “hangat” dengan penginderaan penglihatan)

9. Pedas (kata2 pedas)

Kata “pedas” biasa dimaknai dengan penginderaan pengecap. Pergerseran makna sinestesia dapat terjadi pada kata ini bergantung dengan konteks kalimat. Perhatikan contoh kalimat berikut :

– Kalau sudah marah, Asri seringkali mengeluarkan kata-kata pedas. (pergeseran makna kata “pedas” yang dimaknai oleh indera pendengaran)
– Wanita bermulut pedas itu belum juga mendapatkan pasangan hidup. (pergeseran makna kata “pedas” yang dimaknai oleh indera pendengaran)

10. Kasar

Kata “kasar” identik dengan indera peraba. Kata tersebut dapat mengalami pergeseran makna dengan konteks kalimat berikut :

– Pria itu selalu bersikap kasar kepada istri dan anak-anaknya. (pergeseran makna kata”kasar” oleh penginderaan penglihatan)
– Penjaga warung kelontong itu seringkali berkata kasar kepada karyawannya. (pergeseran makna kata”kasar” oleh penginderaan pendengaran)

11. Panas

Kata “panas” makna katanya berhubungan dengan indera perasa / peraba. Makna kata tersebut dapat berubah bergantung dengan konteks kalimatnya. Perhatikan contoh kalimat berikut :

– Situasi menjadi semakin panas ketika beberapa oknum demonstran melempar botol air mineral ke arah aparat kepolisian. (pergeseran makna kata “panas”oleh penginderaan penglihatan)

12. Tajam

Makna kata “tajam” berhubungan dengan penginderaan perasa. Dalam konteks kalimat tertentu, kata “tajam” bisa saja mengalami pergeseran makna sinestesia. Perhatikan contoh berikut:

– Sebagai seorang pengamat politik yang hanya bertugas mengamati kondisi politik nasional, Suratman dinilai terlau tajam mengeluarkan kritik yang sebenarnya bukan wilayah kerjanya. (pergeseran makna kata “tajam” yang dimaknai oleh indra pendengaran)
– Ulasan peristiwa kriminal dalam acara berita Selidik selalu dikupas secara tajam dan berimbang. (pergeseran makna kata “tajam” yang dimaknai oleh indera penglihatan dan pendengaran)

Baca Juga:

Pengertian Prefiks, Jenis, & Contohnya
Pengertian Teks Anekdot, Ciri, Struktur, Kaidah, & Contoh
6 Contoh Anekdot Tentang Hukum di Indonesia