Contoh-Contoh Majas dalam Cerpen Singkat – Cerpen atau cerita pendek merupakan salah satu dari hasil karya sastra yang dikemas dalam bentuk tulisan singkat dan padat serta memiliki alur cerita yang menarik. Cerpen dalam penerapannya pada tulisan-tulisannya seringkali menggunakan ungkapan bergaya bahasa atau yang dikenal dengan sebutan majas. Berikut contoh cerpen yang menggunakan berbagai jenis majas dalam pengaplikasiannya pada tulisan :
Selamat Jalan Ayah
Seorang gadis kecil yang tertidur pulas di kamar yang begitu luas untuk anak kecil seukurannya. Sang mentari mulai tersenyum menyapa dunia pagi ini (majas personifikasi) ditemani nyanyian burung terbang kesana kemari (majas personifikasi). Sinar mentari menyelinap memasuki jendela kecil samping tempat tidur (majas personifikasi). Udara dingin pun ikut menyerang masuk ke dalam tulang-tulung (majas personifikasi).
“Kiki…..bangun nak, sudah siang dan saatnya berangkat ke sekolah”, bisik Ibu ke telinga Kiki.
Namun tidak ada balasan dari Kiki, tetapi ibu terus membangunkan Kiki dan mengajaknya ke kamar mandi. Setelah mandi dan sarapan Kiki berangkat ke sekolah diantar ayah dengan kijang (majas metonimia). Sementara ibu tetap di rumah, memang dalam keluarga ini ayah sebagai kepala keluarga (majas antaklasis) sekaligus tulang punggung keluarga (majas metafora). Kiki adalah gadis kecil yang selalu ceria, ramah dan tersenyum kepada siapapun yang ia temui (majas tautologi).
Disuatu sore ditemani hujan rintik-rintik (majas personifikasi), Kiki sedang menunggu ayah pulang dari kantor. Rasanya hari ini Kiki kangen dengan ayah. Sudah beberapa jam menunggu di teras rumah, tapi beliau tak kunjung datang. “Tak seperti biasanya”, kata Ibu. Kecemasan juga tampak di wajah Ibu, tetapi Ibu berusaha menyembunyikan kecemasannya. Kringgggggg…….kringgggggg….kringgggggg bunyi telepon berdering memecah keheningan kami (majas personifikasi). Diangkat oleh ibu telephone yang berdering (majas inversi). Setelah beberapa lama ibu berbicara dengan orang yang menelepon tadi, raut pucat diwajah Ibu tampak semakin jelas. Diberanikanlah Kiki untuk menanyakan apa yang terjadi sebenarnya (majas inversi). Tetapi Ibu tak memnjawabnya, Ibu hanya diam membisu, Ibu hanya diam dan mematung, lalu Ibu menitihkan air mata (majas repetisi). Lama membisu Ibu menarik Kiki masuk ke dalam kamar (majas pleonasme) dan membawa beberapa peralatan yang sekiranya ia butuhkan. Sampai saat itu, Kiki bingung tentang apa yang terjadi dan ia tetap memendamnya dalam hati.
Ibu menyuruh Kiki masuk ke dalam mobil, lalu mobil melaju ke depan meninggalkan gerbang rumah (majas pleonasme). Mobil yang dikendarai Ibu berhenti di sebuah gedung yang memiliki halaman luas, rame akan orang-orang, berdinding putih, bersih dan suci (majastaulogi). Kiki masih belum paham itu bangunan apa dan apa tujuan Ibu mengajaknya kemari. Ibu membawa Kiki keluar dari mobil kemudian masuk ke dalam gedung tersebut (majas pleonasme) dan kemudian bertemu dengan beberapa temah ayah Kiki yang sudah terlebih dahulu datang. Ibu menitipkan Kiki kepada Om Seno teman dekat sekaligus teman bisnis ayah, Ibu masuk ke dalam suatu ruangan yang berada di pojok belakang bangunan tersebut.
[sc:ads]
“Om, Seno……Ayah kemana kok daritadi belum pulang? Om Seno tahu ayah Kiki dimana?”, tanya Kiki dengan polos kepada Om Seno. Tampak wajah Om Seno menjadi lebih pucat dari sebelumnya tadi, keraguan untuk menjawab pertanyaan Kiki tampak jelas diwajahnya. Rasa bingung, gundah, galau, cemas dan ketakutan yang ada dibenak Om Seno (majas taulogi). Lama sunyi dan tak ada jawaban ketika malam beranjak semakin gelap dan kelam (majas personifikasi). Akhirnya Om Seno buka suara, “Kiki…………”, kata pertama yang ia ucapkan. “Jadi Allah sangat sayang sama Ayah Kiki, dan Ayah Kiki diajak pulang ke rumah Allah”,lanjut Om Seno. Tampak kebingungan diwajah Kiki, Kiki tidak tahu apa maksud dari kata-kata yang diucapkan Om Seno barusan. Suasana menjadi hening kembali, Kiki masih tampak memikirkan apa yang barusan dikatakan Om Seno. Hingga malam semakin larut, hingga hujan turun semakin deras, hingga tak ada satupun orang yang tadi sibuk berkeliaran kesana kemari (majas repetisi).
Pagi harinya di rumah Kiki tak seperti biasanya, banyak tamu berdatangan baik keluarga, tetangga, teman, hingga teman kerja ayah di kantor (majas klimaks). Kiki belum paham juga apa yang terjadi, masih mencari keberadaan dimana Ayahnya. Dan sampai saat ia menemukan Ibunya berada di ruang tengah rumah bersama Ayah. Namun Ayah dalam kondisi berbeda, ia tidur, ia diam dan ia terbungkus (majas repetisi) oleh kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya. Tak lama kelapa sekolah Kiki, wali kelas Kiki, guru-guru Kiki, dan teman-teman Kiki di sekolah Taman Kanak-kanak Al-Hidayah datang ke rumah (majas antiklimaks). “Bu guru….. kenapa semua datang ke rumah Kiki? Dan kenapa semua terlihat sedih? Lalu kenapa Ayah Kiki tidur diruang tengah dan dikelilingi orang banyak?”, tanya Kiki kepada Bu Hana sebagai wali kelas yang dekat dengannya. “Kiki…….”, bu Hana mulai buka suara. “Sekarang Kiki hanya bersama Ibu Kiki, karena Ayah Kiki sekarang pergi jauh ke rumah Allah. Jadi Kiki udah gak boleh sama Ayah lagi, Kiki di dunia sama Ibu Kiki, sama bu guru, sama teman-teman Kiki. Tapi Ayah Kiki sudah gak sama Kiki lagi”, jelas bu guru kepada Kiki. Mendengar cerita Bu Hana, Kiki sedikit paham bahwa ia sudah tidak memiliki ayah. Didekatilah ayah yang berada ditengah ruangan dan dikelilingi banyak orang (majas inversi).
Hari-hari berikutnya suasana rumah menjadi berbeda. Yang biasanya matahari pagi terlalu cerah menjadi mendung, yang biasanya senyum ceria menjadi murung, yang biasanya berangkat bersama ayah tidak terjadi lagi (majas pararelisme). Setiap pagi Ibu tetap menyiapkan sarapan untuk Kiki dan bersiap dengan mengantar Kiki ke sekolah dengan kijang yang dahulu dipakai Ayah (majas metonimia). Diantarnya kiki sampai depan gerbang sekolah, lalu dikendarainya mobil menuju kantor perusahaan milik ayah (majas inversi). Setiap saat Ibu selalu berpesan kepada Kiki untuk kembali ke Kiki yang dulu, yang ceria, baik, ramah, suka tersenyum (majas repetisi). “Kiki jangan terus-terusan bersedih, ini sudah jalan yang ditakdirkan Allah kepada kita. Ayah sudah bahagia disana, kita berbuat yang terbaik di dunia ini, biar nanti kita bisa bertemu ayah dalam keadaan yang bahagia di akherat nanti”, itu kata-kata Ibu yang selalu ia katakan kepada Kiki. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun Kiki mulai menyadari hikmah dari semuanya. Kiki kembali menjadi anak yang ceria, baik, ramah dan ditambah sifat mandiri tumbuh dalam dirinya.
Baca Juga:
Pengertian dan Contoh Majas Antitesis
Pengertian, Jenis, dan Contoh Frasa
Pengertian dan 55 Contoh Majas Inversi