Definisi Fermentasi Dan Penjelasan Lengkapnya – Pada tahun 6000-4000 SM teknologi fermentasi telah digunakan sebagai pembuatan bir di sekitar Sumeria dan Mesir. Pada Abad ke-14 mulai digunakan sebagai distilasi yang mampu menghasilkan minuman berakohol dengan dosis yang cukup tinggi. Selanjutnya, sebelum tahun 1865 sudah dapat menghasilkan bir, anggur, keju, yogurt, dan jenis makanan lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman proses fermentasi mengalami laju yang cukup canggih, sehingga dapat menghasilkan butanol, etanol, aseton, gliserol, dan asam organik lainnya.
Fermentasi telah dikenal sejak zaman dahulu sehingga pada waktu itu sudah banyak digunakan sebagai cara untuk membuat makanan ataupun membuat produk lainnya. Fermentasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengubah substrat dengan memanfaatkan peran mikroba hingga berubah menjadi bentuk produk tertentu sesuai yang diinginkan. Di dalam bioteknologi yang didasarkan pada fermentasi pada umumnya merupakan proses pembuatan barang dan jasa dengan menekankan pada teknologi fermentasi yang memanfaatkan peran mikroorganisme untuk membuat makanan maupun minuman. Produk yang terbuat dari hasil fermentasi ini yaitu, keju, yogurt, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, minuman berakohol, dan sebagainya.
Berdasarkan produk yang dihasilkannya maka fermentasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut :
a. Homofermentatif
Homofermentatif adalah fermentasi yang pada hasil akhirnya mampu menghasilkan produk asam laktat. Biasanya homofermentatif terjadi pada saat fermentasi pembuatan yoghurt.
b. Heterofermentatif
Heterofermentatif merupakan fermentasi yang pada produk akhirnya menghasilkan asam laktat dan etanol dengan jumlah yang cukup banyak antara keduanya. Heterofermentatif yaitu proses fermentasi yang umumnya terjadi pada saat pembuatan tape. Berdasarkan penggunaan oksigennya fermentasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
– Fermentasi Aerob
Fermentasi aerob merupakan proses fermentasi yang memerlukan oksigen, sehingga pada saat ingin menggunakan oksigen maka akan terjadi perubahan substrat gula menjadi asam pirufat dan karbondioksida (CO2) pada produk akhirnya.
– Fermentasi Anaerob
Fermentasi anaerob merupakan jenis fermentasi yang tidak memerlukan oksigen. Dengan demikian kandungan zat gula akan di rubah menjadi asam piruvat yang selanjutnya menjadi asetaldehida. Kemudian, pada hasil akhirnya dapat menghasilkan produk berupa alkohol, asam laktat, etanol, dan methanol.
Berdasarkan proses yang dihasilkan dari mikroba fermentasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut :
– Fermentasi yang Memproduksi Sel Mikroba (Biomass)
Pada produksi fermentasi ini dapat dibedakan menjadi produksi yeast yang digunakan untuk pembuatan roti. Selain itu, terdapat juga produksi sel mikroba yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai penghasil makanan manusia ataupun hewan.
– Fermentasi yang Menghasilkan Enzim dari Suatu Mikroba
Secara keseluruhan enzim dapat di produksi oleh suatu tanaman, hewan, dan mikroba. Perlu diketahaui bahwa enzim yang diperoleh dari mikroba akan memiliki keunggulan yaitu, mampu dihasilkan dengan jumlah yang cukup banyak dan sangat cepat sekali untuk meningkatkan produktivitas jika dibandingkan dengan hewan maupun tanaman.
– Fermentasi yang Menghasilkan Metabolit Mikroba
Metabolit mikroba dapat dibedakan menjadi dua yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Adapun produk yang paling penting dari metabolisme primer adalah asam sitrat, polisakarida, butanol, aseton, dan vitamin. Kemudian, metabolit sekunder yang dihasilkan dari mikroba dapat berupa antibiotik, inhibitor enzim, dan jenis zat pemacu pertumbuhan lainnya.
[sc:ads]
Produk-Produk yang Dihasilkan Dari Bioteknologi Fermentasi
Pada saat ini sudah banyak produk-produk yang dihasilkan dari fermentasi, sehingga dengan berkembangnya teknologi tersebut mampu menunjang proses fermentasi yang dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas tinggi. Adapun produk-produk yang dihasilkan dari bioteknologi fermentasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keju
Bahan dasar dari keju adalah susu yang belum difermentasikan, sehingga dengan adanya bantuan bakteri susu tersebut dapat membeku dan terbentuklah keju. Bakteri yang sering digunakan untuk pembuatan keju ini meliputi spesies Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus. Selain dengan menggunakan bantuan bakteri, fermentasi keju juga membutuhkan enzim yang berupa rennet mengandung chymosin yang memiliki sifat dapat menggumpal casein.
2. Yogurt
Yogurt merupakan salah satu produk yang berasal dari bahan susu fermentasi. Secara umum dalam proses pembuatannya melibatkan campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Sebelum difermentasikan, susu dipasteurisasi dengan suhu 73oC dalam jangka waktu selama 15 detik dan ditambahkan dengan kultur starter bakteri. Selanjutnya, susu siap difermentasikan pada suhu 40oC dengan waktu 2,5-3,5 jam hingga susu menjadi padat dan menghasilkan asam laktat. Adapun peran utama bakteri tersebut ialah mengubah laktosa (gula susu) dalam keadaan anaerobic dan lactose akan diubah menjadi asam laktat yang mampu menggumpalkan casein atau protein susu. Dengan demikian terbentuklah yogurt yang memiliki rasa sedikit asam untuk dapat di konsumsi oleh manusia.
3. Nata de Coco
Nata de coco atau air kelapa dapat menjadi padat karena adanya bakteri Acetobater xylinum yang ditumbuhkan di substrat gula bersama air kelapa. Kemudian, difermentasikan dengan waktu beberapa hari sehingga terbentuklah nata de coco. Selain nata de coco, nata de pina (nanas), nata de soya (limbah tahu) dapat difermentasikan seperti nata de coco juga.
4. Minyak VCO
Santan kelapa atau bagian permukaan yang paling atas dari buah kelapa ini dapat menghasilkan minyak. Bagian lapisan atas tersebut ditambahkan dengan inokulum didiamkan dengan waktu beberapa hari dapat mengasilkan minyak kelapa murni atau VCO yang dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Sumber :
https://biologi-indonesia.blogspot.co.id/2014/08/penjelasan-tentang-fermentasi.html