Contoh Puisi Majas Personifikasi & Penjelasan Maknanya – Majas personifikasi adalah suatu peryataan ungkapan dengan gaya bahasa yang menjadikan benda tak bernyawa atau benda mati seolah memiliki sifat sebagaimana makhlukh hidup. Pemberian sifat kehidupan tersebut dimaksudkan untuk memunculkan kesan estetika keindahan terhadap suatu ungkapan. Majas personifikasi pada penerapannya bisa berupa kalimat dan juga puisi. Berikut ini beberapa contoh majas personifikasi di dalam puisi “
Contoh puisi 1 :
Stasiun Kereta Tua di Kala Senja
Senja itu tetiba hening dan sepi menyeruak
Bersamaan dengan kepergianmu dengan kereta tua itu
Lokomotif sang penarik gerbong berteriak lantang seraya mengepulkan asap
Entah di gerbong mana engkau dibawanya pergi
Jendela gerbong mempersilahkan kau melihat diriku
Kau menatapku dari kejauhan diselingi dengan riuh rel berderit
Gerbong-gerbong itu menertawaiku
Yang tak mampu menahan kepergianmu
Tahukah dirimu bahwa aku tak lebih hebat dari kereta tua ini
Yang dengan sombongya membawamu pergi
Bahkan suara lantangku pun tenggelam oleh jeritan lokomotif
Deretan pintu gerbong yang mulai berjalan juga ikut menahan langkahku
Untuk mengejarmu
Saat wajahmu hanya terlihat seperti titik di atas kertas
Jeritan lokomotif dengan kepulan asap pun kian lirih
Kini aku hanya mampu melihat deretan panjang kereta dari arah belakang
Semakin jauh hingga cercaan gerbong-gerbong itu pun tak lagi kudengar
Aku menangis dengan luapan perasaan sedih tak terkira
Seketika gerbong pengangkut batu bara pun menghiba
Bangku-bangku stasiun juga iba padaku
Aku merasa sedikit nyaman dengan simpati benda tak bernyawa itu
Namun jauh di dasar hatiku
Aku benci ditertawai dan dikasihani sekaligus
Oleh benda-benda tak beryawa yang menyebalkan ini
Lihatlah suatu hari nanti
Aku akan mendatangimu dengan penuh suka cita
Di senja hari dengan kereta tua ini
Semoga kelak gerbong itu tak lagi menertawaiku
Dan benda-benda ini tak lagi mengasihaniku
Penjelasan :
Pada beberapa baris dalam bait puisi di atas terdapat muatan majas personofikasi di dalamnya seperti pada bait berikut :
1. Bait Pertama
Senja itu tetiba hening dan sepi menyeruak (kata sepi disifati dengan kata kerja menyeruak)
Bersamaan dengan kepergianmu dengan kereta tua itu
Lokomotif sang penarik gerbong berteriak lantang seraya mengepulkan asap (lokomotif disifati dengan kata kerja berteriak)
Entah di gerbong mana engkau dibawanya pergi
2. Bait Kedua
Jendela gerbong mempersilahkan kau melihat diriku (jendela gerbong dikenai kata kerja mempersilahkan)
Kau menatapku dari kejauhan diselingi dengan riuh rel berderit
Gerbong-gerbong itu menertawaiku (gerbong dikenai aktivitas menertawai)
Yang tak mampu menahan kepergianmu
3. Bait ketiga
Tahukah dirimu bahwa aku tak lebih hebat dari kereta tua ini
Yang dengan sombongya membawamu pergi (kereta tua disifati dengan sifat sombong dan dikenai kata kerja membawa)
Bahkan suara lantangku pun tenggelam oleh jeritan lokomotif (lokomotif dikenai kata kerja menjerit)
Deretan pintu gerbong yang mulai berjalan juga ikut menahan langkahku (deretan pintu gerbong dikenai kata kerja berjalan dan menahan)
Untuk mengejarmu
4. Bait ke Empat
Aku menangis dengan luapan perasaan sedih tak terkira
Seketika gerbong pengangkut batu bara pun menghiba (gerbong batu bara dikenai kata kerja menghiba)
Bangku-bangku stasiun juga iba padaku (bangku-bangku stasiun dikenai kata kerja iba)
Aku merasa sedikit nyaman dengan simpati benda tak bernyawa itu
Namun jauh di dasar hatiku
Aku benci ditertawai dan dikasihani sekaligus
Oleh benda-benda tak beryawa yang menyebalkan ini
[sc:ads]
Selanjutnya perhatikan kembali contoh majas personifikasi dalam puisi berikut :
Contoh Puisi 2 :
Piringan Hitam
Piringan hitam tua melengkingkan suara parau
Mendayu-dayu alunan lagu cinta nan syahdu
Kupetik gitar iringan laguku
Terasa harmoni menembus sukma
Hentakan kaki indah menari mengikuti irama lagu
Piringan hitam masih bernyanyi menghabiskan bait lagu
Kini tak ada lagi dirimu menari di depanku
Yang tersisa hanyalah piringan hitam yang bernyanyi dengan parau
Nyanyian parau menghentak kesunyian
Membangkitkan memoar masa indah dulu
Saat piringan tua mengikat hati kita berdua
Saat benda hitam itu masih mengkilap bak manik-manik
Saat ini hendak kemana kan kucari dirimu
Yang telah lama pergi meninggalkanku
Mungkin kini tanah pekuburan itu telah memakan jasadmu
Atau mungkin saja tubuhmu sudah tercampur dengan air dan tanah
Aku harap air dan tanah di pusara mau menerima jasadmu
Piringan hitam berputar dan masih bernyanyi dengan sedikit tersedak
Memunculkan bunyi parau menandakan usianya yang tak lagi muda
Piringan hitam satu-satunya barang yang mengingatkanku padamu
Dan suara paraunya yang sengau terkadang batuk-batuk
Aku harap benda tua ini tak bosan menemaniku
Seperti kursi tua yang dengan sabar kududuki bertahun-tahun
Seperti gelas kaca yang setiap hari rela kutuangi tubuhnya dengan teh panas
Seperti air panas yang berbisik lirih dengan bunyi gemericik saat menyeduh daun the
Seperti dirimu yang tak lekang dari ingatanku
Duhai kasih
Puisi 3
Sapuan Cinta Penuh Harap
Hamparan pasir berbisik-bisik lirih
Menggerutu dengan sapuan air laut
Ukiran kata-kata cinta di atas butirannya
Dengan cepat air pasang menghapuskannya
Meski cinta telah menyapa dan menyatukan dua hati
Jikalau jodoh tak jua memutuskan untuk bersama
Tentu tak ada beda dengan ukiran kata-kata di atas pasir
Yang dengan kejamnya tersapu oleh sapuan ombak kecil
Cinta datang dan pergi sesuka hati
Tak jelas siapa yang kunanti
Meski menghiba dan penuh harap
Jodoh tak kunjung datang
Hanya pada Mu ya Rabb hati ini berserah diri
Baca Juga:
Definisi & Puluhan Contoh Kalimat Kata Penghubung (Konjungsi)
Pengertian dan 26 Contoh Majas Sinekdoke Totem Pro Parte
Pengertian, Jenis, & Contoh Majas Perbandingan