Naskah drama adalah sebuah konsep pementasan yang berisikan prolog, dialog, serta arahan-arahan lainnya yang disajikan dalam bentuk tulisan atau draf. Naskah drama berfungsi sebagai acuan atau pedoman khusus bagi para pemeran tokoh dalam drama. Berikut ini adalah contoh naskah drama yang menceritakan tentang cerita rakyat Malin Kundang :
Jenis Drama: Cerita Legenda
Judul: Malin Kundang
Pemeran / Tokoh: Malin Kundang, Mane, Rasyid, Saudagar, Putri
Sinopsis Drama :
Dahulu kala di suatu tempat bernama Pantai Air Manis, kota Padang, Sumatera Barat, hiduplah seorang janda tua bersama dengan seorang anak lelakinya. Janda tersebut bernama Mande Rubayah dan anak lelakinya yang bernama Malin Kundang. Malin telah lama menjalani kehidupannya sebagai anak yatim sejak ia masih kecil. Mande bersama dengan Malin telah lama menjalani hidup yang serba kekurangan dalam jeratan kemiskinan. Hingga suatu ketika terbesit keinginan di dalam hati Malin untuk merubah nasib dirinya dan ibunya agar dapat memiliki kehidupan yang lebih baik.
Waktu berlalu dan kini Malin telah beranjak dewasa. Keinginan untuk keluar dari jeratan kemiskinan semakin kuat di dalam hatinya. Hingga suatu ketika sebuah berita datang dari sahabat Malin yang bernama Rasyid. Ia mengabarkan kepada Malin bahwa akan datang kapal besar yang akan berlabuh di pantai air manis.
Dialog Drama :
Rasyid:Assalamualaikum Malin.
Malin:Waalaikumsalam sahabatku Rasyid. Apa kabarmu kawan?
Rasyid:Alhamdulillah, aku sehat walafiat. Bagaimana denganmu?
Malin:Aku sangat sehat seperti yang kau lihat. Ada apa gerangan kedatanganmu kali ini? Ada kabar baikkah yang kau bawa?
Rasyid:Tepat sekali. Aku membawa kabar gembira untukmu kawan.
Malin:Kabar gembira apakah itu?
Rasyid:baru saja aku melihat kapal besar bersandar di pelabuhan pantai air manis. Aku pikir kita berdua bisa ikut serta menumpang di kapal tersebut sekembalinya dari tempat ini.
Malin:Maksudmu kita berdua akan pergi merantau?
Rasyid:tentu saja. Itu yang aku maksudkan. Kau tidak bosan hidup miskin seperti ini? Bukankah engkau sangat ingin membahagiakan ibumu? Ayolah Malin, ikutlah bersamaku!
Malin:Aku ingin, sangat ingin pergi. Tapi bagaimana dengan ibuku? Aku tak tega meninggalkannya sendirian di kampung ini. Setidaknya aku harus berbicara terlebih dahulu dengannya.
Rasyid:Baiklah, bicaralah dengan ibumu! Setelah kau mendapatkan restu ibumu, temuilah aku! Kita akan pergi merantau bersama.
Malin:Baiklah, terima kasih kawan.
Malin pun bergegas pulang ke rumah untuk menemui ibunya dengan maksud meminta restu kepergiannya untuk merantau. Setibanya di rumah :
Malin:Ibu, bolehkah aku pergi merantau ke negeri seberang? Aku ingin sekali merubah nasib kita. Aku sangat ingin membahagiakan ibu.
Mande (Ibu Malin):Kenapa tiba-tiba sekali kau ingin pergi nak? Bagaimana dengan ibumu ini?
Malin:Karena sebab itulah bu, Malin meminta restu ibu. Sebenarnya Malin tak tega meninggalkan ibu di sini. Tapi Malin mohon, izinkanlah anakmu ini pergi! Demi kebaikan kita berdua bu! Insya Allah Malin akan membuat kehidupan kita lebih baik dari sekarang ini.
Mande (Ibu Malin):Sudah kau pikirkan masak-masak keinginanmu ini nak?
Malin:insya Allah bu, Malin sudah membulatkan tekad untuk pergi bersama dengan Rasyid dengan menumpang kapal dagang yang saat ini tengah bersandar di pelabuhan pantai itu.
Mande (Ibu Malin):Baiklah nak, jika keputusanmu sudah bulat. Pergilah nak! Tapi jangan kau lupakan ibumu yang sudah tua ini. Pulanglah jika kau telah berhasil meraih apa yang kau inginkan !
Malin:Malin tidak akan melupakan ibu. Malin pasti akan pulang dan membuat ibu bahagia. Malin Janji Bu!
Mande (Ibu Malin):Baiklah nak, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Ibu tak akan menahanmu di sini. Pergilah nak! Raihlah apa yang kau cita-citakan!
Malin:Terima Kasih Bu. Insya Allah Malin akan berangkat besok pagi bersama dengan Rasyid.
Keesokan harinya Malin Kundang dan Rasyid bertolak menuju negeri seberang dengan menumpang kapal besar bermuatan barang dagangan, Ibu Malin hanya bisa pasrah merelakan kepergian putranya tersebut. Perjalanan Malin dan Rasyid pun berakhir dan mereka sampai di tepat tujuan perantauan mereka. Setibanya di tanha rantau, mereka beristirahat sejenak di sebuah warung makan.
Malin :Nah, selanjutnya apa Rasyid? Hendak kerja apa kita di sini?
Rasyid:Aku masih belum tahu. Kita harus terus berikhtiar mencari pekerjaan.
Tanpa mereka sadari, percakapan dua sahabat itu didengar oleh salah seorang pengunjung warung lainnya yang tak lain adalah seorang saudagar kaya raya.
Saudagar:Hai anak muda, apa kalian hendak mencari pekerjaan? Kebetulan sekali, saya sedang membutuhkan dua orang pekerja laki-laki yang kuat seperti kalian ini. Apakah kalian bersedia?
Rasyid:Sungguhkah tuan? Apa kami bisa langsung bekerja dengan tuan?
Malin:Oh alangkah bersyukurnya hati saya, apabila tuan sudi menerima kami berdua untuk bekerja di tempat tuan. Perkenalkan tuan, saya Malin Kundang dan ini sahabat saya Rasyi. Kami datang dari jauh.
Saudagar:Baiklah Malin, Rasyid, kalian berdua ikut aku! Mulai besok kalian sudah mulai bekerja. Sekarang kalian istirahat dulu di rumahku, nanti malam akan kujelaskan apa yang harus kalian kerjakan esok hari.
Malin dan Rasyid:Baiklah Tuan.
Akhirnya Malin dan Rasyid ikut serta bersama dengan saudagar kaya tersebut. Mereka tinggal di salah satu bilik di kediaman saudagar. Keesokan harinya mereka berdua mulai bekerja. Waktu berlalu, Rasyid dan Malin telah lama bekerja dengan saudagar. Tanpa mereka sadari, saudagar telah lama memperhatikan segala gerak-gerik serta aktivitas mereka. Hingga saudagar meyadari satu hal bahawa Malin lebih cekatan, ulet, rajin, dan cerdas dalam bekerja jika dibandingkan dengan Rasyid. Karena beberapa alasan dan pertimbangan, akhirnya saudagar tak lagi mempekerjakan Rasyid. Akhirnya Rasyid pun pulang ke kampung halamannya.
Suatu ketika datanglah putri saudagar ke tempat Malin bekerja. Ia bermaksud untuk meninjau bisnis milik ayahandanya yang suatu saat nanti akan menjadi miliknya. Setelah beberapa hari melakukan peninjaun terhadap bisnis perdagangan ayahnya, putri tersebut pun diam-diam memperhatikan salah satu karyawan ayahnya yang memiliki etos kerja yang berbeda dengan yang lainnya. Lama-kelamaan pun ia mulai tertarik pada karyawan tersebut yang tak lain adalah Malin Kundang.
Putri:Ayah, siapakah gerangan karyawan itu? Nampaknya ia lebih memiliki etos kerja yang baik dari karyawan lainnya.
Saudagar:Oh, anak muda itu bernama Malin Kundang. Memang ada apa?
Putri: Tidak ada apa-apa ayah.
Semenjak hari itu, putri saudagar semakin tertarik pada pemuda bernama Malin Kundang. Ia diam-diam selalu memperhatikan dirinya. Tahun demi tahun pun berlalu, Malin Kundang dipercaya oleh saudagar untuk memengang salah satu cabang usaha. Selama cabang usaha itu dikelola oleh Malin, usaha saudagar semakin berkembang pesat.
Karena kesuksesannya, Putri pun semakin jatuh hati pada Malin. Hingga akhirnya Malin pun dinikahkan oleh saudagar dengan putri kesayangannya. Beberapa bulan setelah hari pernikahan mereka, sang putri pun meminta suaminya untuk pergi bertamasya. Akhirnya mereka berdua pergi ke suatu tempat bernama pantai air manis yang tak lain adalah kampung halaman Malin. Setibanya di pantai air manis, ia melihat sosok lelaki yang tak asing baginya. Lelaki itu tak lain adalah Rasyid, sahabat lamanya.
[sc:ads]
Malin:Rasyid, kau kah itu?
Rasyid:Malin, wah ini benar engkau? Kau sudah sukses ya sekarang ini?
Malin:Ya, seperti yang kau lihat. Aku telah menikmati hasil jerih payahku. Kau lihat wanita di sampingku ini! Ia adalah putri saudagar yang kini menjadi istriku, cantik bukan?
Rasyid:iya, kau sekarang telah menjadi orang hebat Malin, aku kagum.
Malin:Sudah ya, aku mau pergi jalan-jalan dulu bersama istriku yang cantik ini.
Rasyid:Tentu kawan, bersenang-senanglah!
Mengetahui Malin telah pulang ke kampung halamannya, Rasyid pun bergegas menemui Mande untuk mengabarkan bahwa anaknya telah kembali.
Rasyid:Mak, cepatlah kau pergi ke tepian pantai. Malin anakmu telah kembali mak!
Mande:Sungguhkah Nak? Yang kau katakan itu bukanlah dusta kan?
Rasyid:Sungguh mak, buat apa saya membohongi emak.
Mande:Rasyid, Kau temani emak ke pelabuhan sekarang!
Rasyid:Baiklah mak.
Mande dan Rasyid bergegas menuju tepian pantai. Berharap Malin masih berada di sana dan belum beranjak kemana-mana. Rupaya benar, Malin bersama istrinya masih berada di tepian pantai air manis. Ia terlihat edang beristirahat sejenak sambil menikmati indahnya deburan ombak tepi pantai.
Mande:Malin, kah kah itu nak? (teriak mande sambil berlari)
Putri:siapakah wanita tua itu kanda? Sepertinya ia mengenalmu.
Malin:Tak tahulah, mungkin pengemis yang mengaku-ngaku mengenal diriku.
Mande:Alhamdulillah nak, kau terlihat sangat sehat. Kapan kau datang Malin? Kenapa kau tak mengabari ibumu terlebih dahulu?
Putri:Kanda, apakah wanita tua ini adalah ibumu?
Melihat ibunya yang datang dari kejauhan , berlari menghampirinya dengan pakaian comapng-camping, Malin pun merasa sangat malu. Terlebih terhadap istrinya.
Malin:Hei perempuan tua! Siapakah kau ini? Aku tak pernah punya ibu seburuk engkau. Berhentilah berpura-pura mengaku sebagai ibuku! (teriak Malin sambil menunjuk-nunjuk wajah ibunya)
Mande:Malin, ini ibumu nak. Sudah lupakah engkau? Aku yang mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan engkau nak.
Malin:Enyahlah kau pengemis! Kau bukan ibuku!
Mendengar kata-kata Malin, Mande pun menangis menahan kesedihan yang luar biasa. Ia pun pergi meninggalkan Malin dan istrinya. Mande tersungkur ke tanah sambil menengadah tangan ke atas.
Mande:Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan puteraku Malin? Kenapa ia berubah setelah sekian lama? Jika memang ia bukanlah anakku, maka maafkanlah ia. Tapi jika ia adalah putera kandungku, maka hukumlah ia.
Tiba-tiba terdengar gemuruh di tengah lautan, disebuah kapal yang dinaiki oleh Malin dan istrinya. Kilat menyambar-nyambar, badai semakin kuat, dan kapal besar pun terguling.
Malin :Kenapa bisa begini? Badai tiba-tiba datang. Ini sangat aneh. Istriku, kau baik-baik saja?
Putri:Kanda, sebenarnya apa yang terjadi.
Malin:Aku sungguh tak mengerti dinda. Alam sepertinya marah pada kita.
Seketika kilat dengan kekuatan sambaran yang luar biasa menyambar tubuh Malin. Tiba-tiba ia berubah menjadi batu. Ia berteriak sekencang-kencangnya sebelum akhirnya ia menjadi sebuah batu yang tersungkur seperti bersujus.
Malin Kundang:Ampuni aku ibu, maafkan aku yang telah durhaka padamu. (sembari tersungkur dalam sujudnya)
Akhirnya Malin pun berubah menjadi batu.
Buat kamu yang ingin belajar banyak hal materi pelajaran lengkap, kami sarankan juga untuk mencoba mengakses situs ruangguru.co.id untuk latihan belajar disana
Baca Juga:
- 5 Contoh Puisi 17 Agustus Hari Kemerdekaan
- 5 Contoh Puisi Anekdot Tentang Sampah dan Lingkungan
- 6 Contoh Puisi Tentang Keindahan Alam Indonesia
- Tajuk Rencana – Pengertian, Ciri, dan Contoh
- 5 Contoh Puisi Perpisahan Mahasiswa KKN
- 5 Contoh Puisi Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
- 6 Contoh Puisi Tentang Keindahan Alam Indonesia
- Kumpulan Puisi Perpisahan Untuk Guru Di Sekolah
- Belasan Contoh Pantun Nasehat dan Jenaka
- Contoh Soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMP
- 5 Contoh Puisi Selamat Hari Ibu Terbaik
- 12 Contoh Puisi Pahlawan 3 Bait 4 Baris
- Contoh Soal Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Semester 1
- 5 Contoh Puisi 17 Agustus Hari Kemerdekaan
Sponsor :