Contoh Paragraf Induktif Analogi dan Pengertiannya

Posted on

Contoh Paragraf Induktif Analogi dan Pengertiannya – Paragraf induktif analogi adalah paragraf yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya yang memiliki persamaan atau kemiripan dalam hal tertentu dan selanjutnya akan disimpulkan di akhir paragraf. Paragraf ini merupakan paragraf dengan menggunakan penalaran induktif. Maka pola pada paragraf yang digunakan adalah khusus – khusus – umum. Pada bagian awal paragraf menjelaskan tentang dua hal yang akan menjadi topik pembicaraan. Selanjutnya pada kalimat berikutnya membahas mengenai persamaan yang ada pada keduanya. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa perbandingan harus benar-benar sama dan analogis. Berikutnya pada bagian akhir paragraf membahas tentang persamaan diantara kedua hal tersebut.

Ciri Paragraf Analogi :

Ciri paragraf analogi adalah sebagai berikut :

1. Pada paragraf melakukan perbandingan terhadap dua hal yang kedudukannya setara. Hal yang dibandingkan berupa peristiwa tertetu, benda, tanaman, hewan, dan lain sebagainya.
2. Kalimat penjelas pada paragraf ini secara umum berupa persamaan-persamaan yang ada pada kedua hal yang sedang dibahas pada paragraf.
3. kalimat utama pada paragraf ini terletak di akhir paragraf yang menyimpulkan perbandingan yang telah dilakukan pada kalimat penjelas sebelumnya.

Contoh 1 :

Karakter manusia dapat diibaratkan sebagai tanaman padi yang ada di area persawahan. Padi yang memiliki kualitas baik akan padat berisi dan semakin merunduk ke bawah. Begitu pula bagi manusia yang telah meraih kesuksesan dalam berbagai hal, seharusnya juga memiliki sifat yang suka menolong, ramah, berbudi pekerti, gemar beribadah, dan rendah hati. Namun jika manusia berkarakter sombong meskipun pintar dan memiliki kelebihan harta, sesungguhnya mereka adalah manusia kerdil yang tak memiliki hal apapun yang patut disombongkan. Layaknya tanaman padi tak berisi yang selalu mendongakkan kepalanya ke atas menantang angin. Namun jika dihempas angin kencang, tubuhnya akan mudah rapuh dan patah. Sebagaimana layaknya kehidupan keseharian orang-orang yang sombong akan tidak disukai orang dan dengan sendirinya kesombongan akan menghancurkan dirinya. Karenanya sebagai seorang manusia yang baik, beriman, dan berakal budi seharusnya mencontoh ilmu padi yang padat berisi, semakin berisi maka semakin merunduklah ia.

Penjelasan :

Perbandingan yang ada pada paragraf analogi di atas adalah antara manusia dengan tanaman padi. Tanaman padi yang memiliki kualitas baik dan siap panen adalah padi yang merunduk ke bawah, bukan sebaliknya. Peryataan ini dianalogikan dengan manusia yang berkualitas adalah manusia yang sukses namun masih menjunjung tinggi nilai-nilai kesederhanaan dan rendah hati. Begitupun sebaliknya, padi yang tak berisi akan cenderung mendongakkan kepalanya ke atas. Sama halnya dengan seseorang yang sesungguhnya hanya memiliki kelebihan harta dan sedikit kepintaran, namun dirinya menyombongkan diri karena hal tersebut.

[sc:ads]

Contoh 2 :

Air yang berriak pertanda bahwa tidak ada kedalaman yang berarti pada sebuah telaga. Sebaliknya jika kita melempar batu pada telaga dan tidak memunculkan riak, maka dapat dipastikan telaga tersebut sangatlah dalam. Begitu halnya yang terjadi pada manusia pada umumnya. Seseorang yang terlalu banyak bicara sesungguhnya tidak ada suatu faedah dan manfaat yang dapat diambil dari perkataannya. Biasanya orang dengan kepribadian ini tidak bergitu pintar dan tidak disukai dalam pergaulannya. Sebaliknya orang yang tidak banyak bicara belum tentu ia bodoh. Justru pada umumnya orang yang tidak banyak bicara seringkali menyimpan banyak sekali kelebihan dalam dirinya.

Penjelasan :

Pada paragraf di atas perbandingan yang dilakukan adalah antara manusia dengan riakkan air di dalam telaga. Perbandingan analogi tersebut dilihat dari kesamaan sifat antara dua hal yang tengah diperbandingkan. Air yang berriak merupakan pertanda alamiah bahwa dalam suatu telaga tidak memiliki kedalaman yang berarti. Begitupun halnya pada umumnya kebanyakan manusia yang suka berbicara berlebihan, biasanya tidak ada manfaat yang bisa diambil dari perkataannya tersebut.

Selanjutnya Perhatikan Contoh 3 dan 4 berikut :

Contoh 3 :

Mempelajari tentang suatu ilmu tak ubahnya seperti seorang pendaki yang hendak menaklukkan gunung. Saat pendaki menuju puncak pegunungan, tentu banyak sekali rintangan yang ia lalui seperti medan yang sulit, cuaca ektrem, dan lain sebagainya. Akan tetapi setelah pendaki tersebut telah mencapai puncak gunung yang ia tuju, maka bebahagialah ia dengan segala kepuasan dalam hatinya. Pendaki tersebut dapat dengan leluasa menikmati pemandangan indah yang berada di kaki bukit dan sekitarnya. Begitu halnya pula dengan belajar suatu ilmu tertentu. Ketika mempelajarinya, banyak sekali hambatan dan rintangan yang dilalui seperti rasa malas, godaan untuk bermain, kekurangan biaya, dan lain sebagainya. Namun ketika kita telah mampu menguasai ilmu dan menjadi profesional di bidang keimuan tersebut, maka kesuksesanlah yang akan diraih.

Contoh 4 :

Sifat dan karakter seseorang dalam bertutur dapat diibaratkan dengan sebuah benda bernama tong. Sebuah tong yang berisi air ketika dipukul tidak akan menimbulkan suara nyaring. Berbeda halnya dengan tong yang tak berisi air, ketika dipukul akan menimbulkan suara yang sangat nyaring. Begitu pula dengan seseorang yang pendiam, justru biasanya seseorang dengan karakter seperti ini adalah orang yang berilmu dan pintar memilah kata-kata yang keluar dari lisannya. Berbeda halnya dengan seseorang yang banyak bicara tanpa ada pilahan kata-kata yang baik, biasanya orang tersebut hanyalah seorang pembual.

Baca Juga:

Pengertian Alenia, Unsur, Struktur, Syarat, dan Contohnya
2 Contoh Teks Eksplanasi Tentang Sampah
3 Contoh Teks Prosedur Membuat Makanan