Contoh Pidato Kegiatan 1 Muharram – Pidato adalah suatu kegiatan berbicara di depan umum yang bertujuan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat tertentu. Dalam berpidato tidak terdapat interaksi secara langsung antara pembicara dan pendengarnya, karenannya kegiatan berbicara ini tergolong ke dalam komunikasi satu arah. Berdasarkan isi yang disampaikannya, pidato terdiri atas berbagai jenis. Beberapa diantaranya ialah pidato politik, pidato keagamaan, pidato kenegaraan, pidato pendidikan, pidato kebudayaan, dan lain sebagainya.
Berikut adalah contoh pidato yang bertemakan tentang peringatan 1 Muharram :
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Yang saya hormati, Bapak ketua RT 011
Yang saya hormati bapak / ibu warga ketua RT 011
Yang saya hormati para panitia penyelenggara dan hadirin yang telah hadir pada peringatan 1 Muharram yang sedang kita laksanakan ini
Pada kesempatan ini saya bermaksud memberikan sedikit pemahaman kepada kita semua mengenai peristiwa 1 Muharram ini
Hadirin yang berbahagia,
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia karena agama Islam menjadi agama yang banyak dianut oleh masyarakatnya. Seperti halnya umat agama lain, masyarakat muslim juga memiliki hari-hari peringatan yang kemudian ditetapkan oleh pemerintah menjadi hari libur nasional. Salah satunya adalah hari peringatan 1 Muharram yang merupakan hari pertama dalam tahun baru menurut perhitungan kalender Islam. Tentunya kita sebagai umat Islam harus memahami makna dan asal-usul penetapannya sehingga pengetahuan kita bertambah mengenai apa yang menjadi kebiasaan kita.
Hadirin yang berbahagia,
Peringatan 1 Muharram dilaksanakan menurut perhitungan yang merujuk pada peredaran bulan sebagai acuannya. Tahun Hijriyah yang merupakan sebutan untuk tahun dalam Islam dihitung dengan siklus Sinodik Bulan dimana total hari dalam satu tahunnya adalah 354, 36708 hari atau lebih sedikit dibandingkan dengan 1 tahun dalam kalender Masehi. Penetapan kalender Hijriah dan 1 Muharram dilakukan pada zaman Khalifah Umar Bin Affan. Pada saat itu Khalifah Umar mendapat teguran akibat menulis sebuah surat tanpa adanya angka tahun di dalamnya. Pada akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk menetapkan tahun dimana terjadinya peristiwa Hijrahnya Rasulullah SAW sebagai tonggak awal penanggalan dalam Islam dan penamaan kalender Islam tersebut. Dalam peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW hanya tahun saja yang digunakan sebagai acuan karena bulan dimana terjadinya peristiwa tersebut bukanlah pada bulan Muharram.
[sc:ads]Hadirin yang berbahagia,
Mungkin di antara kita bertanya tentang mengapa peristiwa Hijrah dijadikan sebagai nama tahun dalam penanggalan Islam. Alasannya adalah karena peristiwa masuknya umat Islam dari Mekkah ke Madinah tersebut menjadi momentum dimana umat Islam berdaulat dan diakui keberadaannya oleh hukum internasional. Kedaulatan yang dimiliki Islam saat itu menjadikannya memiliki pemerintahan resmi, undang-undang formal, dan serangkaian atribut kenegaraan lainnya. Bahkan sejak saat itu hukum qishah dan hudud bagi para pelaku kejahatan mulai berlaku. Kondisi tersebut berlangsung terus menerus dan menjadikan Islam berjaya hingga kepemimpinan para Khulafaur Rasyidin digantikan oleh khalifah Bani Umayyah, Bani Abbasyiah, dan Bani Utsmani. Saat itu kejayaan Islam menduduki hingga sepertiga Bumi ini. Sayangnya, semua itu berakhir pada abad ke-20 Masehi atau abad ke-14 pada tahun Hijriyah akibat tumbangnya khilafah Turki Utsmani oleh Musthapa Kemal Ataturk. Ia menjadi boneka yang pemerintahannya dikendalikan oleh kaum Yahudi dan konspirasi jahat internasional. Terlepas dari serangkaian peristiwa yang terjadi setelahnya, Hijrah menjadi titik awal kebangkitan Islam sehingga penamaan dalam kalender yang berlaku dalam Islam menempatkan kata Hijriyah di dalamnya.
Hadirin yang berbahagia,
Tibanya 1 Muharram yang merupakan bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah sudah semestinya menghadirkan semangat baru pada kita. Didasari peristiwa yang melatarbelakangi penamaan pada tahun tersebut, keteladanan yang sama mesti kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kita ketahui bahwa peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW merupakan kejadian dimana Rasulullah yang pada saat itu berada di Mekkah melakukan perjalanan ke madinah untuk pertama kalinya. Layaknya sesorang yang menempati wilayah baru maka penerimaan masyarakat menjadi hal yang tidak dapat dipastikan. Namun apa yang terjadi pada Rasulullah SAW merupakan sesuatu yang luar biasa. Bagaimana tidak, ketika memasuki Madinah Rasulullah SAW disambut dengan penuh kegembiraan oleh hampir seluruh kaum muslimin di Madinah. Hal tersebut menggambarkan betapa Rasulullah SAW menjadi sosok pemimpin yang dicintai karena kesempurnaan akhlaknya, hingga mereka yang belum pernah berjumpa sekalipun turut bergembira dengan kehadiran beliau. Kisah ini menjadi begitu menggetarkan jiwa dan tercatat dalam sejarah sepanjang masa.
Hadirin yang berbahagia,
Tidak dapat dipungkiri bahwa sosok Rasulullah SAW merupakan pemimpin yang berakhlak sempurna. Ketika suatu saat Aisyah Radhiyallahu’anha ditanya mengenai akhlak Rasulullah SAW, maka beliau menjawab bahwa akhlak Rasul adalah Al-Qur’an yang artinya segala yang berhubungan dengan prilaku dan perkataan Rasul adalah sesuai dengan apa yang ada pada Al-Qur’an. Bahkan Rasulullah SAW pun mendapat julukan sebagai Al-ur’an berjalan. Kesempurnaan akhlak Rasul ini dibuktikan ketika menjadi pemimpin di Madinah dimana Rasulullah SAW menjamin keselamatan kaum kafirin, sehingga mereka dapat hidup dengan aman. Sikap ini mencerminkan akhlak Rasulullah SAW yang senantiasa bersikap adil dan memenuhi janjinya dan secara nyata menggambarkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Keteladan yang Rasul contohkan sudah selayaknya kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang pemimpin, dua sikap tersebut menjadi slah satu kunci yang harus diterapkan agar terciptanya keamanan bagi negeri ini. Adil berarti pemimpin harus memberikan hak menurut kewajibannya pada setiap orang dan tidak memihak ke salah satu sisi. Adapun menepati janji berarti tidak ingkar terhadap janji yang telah diucapkan.
Hadirin yang berbahagia,
Sepatutnya tahun baru Islam menjadikan kita lebih bersemangat untuk menjadi lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Perlu kita perhatikan bahwa kesadaran dan pemahaman akan hikmah yang terkandung dalam perayaan 1 Muharram seharusnya lebih besar dibandingkan perayaannya itu sendiri. Jangan terjebak pada euforia seperti yang terjadi pada perayaan tahun baru Masehi yang lazim terjadi.
Akhinya demikianlah yang dapat saya sampaikan. Atas kesalahan yang saya lakukan saya mohon maaf dan kepada Allah saya mohon ampun.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Baca Juga:
Contoh Resensi Novel 5 Cm Lengkap
Contoh Esai Tentang Diri Sendiri Bahasa Indonesia Terbaru
Contoh Resensi Novel Laskar Pelangi Lengkap