Belasan Contoh Pantun Nasehat dan Jenaka – Pantun merupakan akar budaya masyarakat melayu yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra puisi lama. Sebagaimana karyas sastra lainnya, pantun menggunakan tulisan sebagai media ekpsresi seni yang memiliki susunan kata puitis dan penuh dengan makna yang dalam. Pantun memiliki kekhasan tersendiri yakni pada susunan katanya yang terdiri dari bait-bait dan tiap baitnya memiliki baris-baris yang menyusun kata-kata serta tiap barisnya memiliki rima (aabb,aaaa, atau abab). Pantun memiliki berbagai jenis macam dilihat dari segi penyampaiannya seperti pantun nasehat, pantun jenaka, pantun agama, dan lain sebagainya. di bawah ini terdapat beberapa contoh dari pantun nasehat dan pantun jenaka sebagai berikut:
A. Contoh Pantun Nasehat
Pantun Nasehat 4 Bait
Gundah gulana hati resah
Menanti ajal dan kematian
Pandai-pandailah engkau bersekolah
Agar engkau sukses kemudian
Merebus talas dan pakis haji
Untuk dimakan Sebagai lalapan
Rajin-rajinlah kau mengaji
Agar kau selamat kemudian
Membeli songket berwarna biru
Mengambil dua buah di toko sakti
Taatilah orang tua dan guru
Agar kau menjadi anak yang berbakti
Pakcik dan makcik jalan berdua
Masih terlihat mesra meski sudah tua
Sayangilah teman dan hormati orang tua
Agar kau pun disayangi mereka
Pantun Nasehat 3 Bait
Burung-burung pandai bersiul
Menarik perhatia betina idaman
Pandai-pandailah dirimu bergaul
Agar engkau memiliki banyak teman
Pandai mencuri si panjang tangan
Bertaubatlah dan kembalikan
Bergaul jangan sembarangan
Agar kau tak salah jalan
Alangkah buruk rupa kopaja
Mengangkut sayuran dan tomat
Bergaullah dengan siapa saja
Tapi pilih-pilihlah dalam bersahabat
Pantun Nasehat 10 Bait
Berandal bertindak serampang
Membuat onar di pasar seroja
Perkataan ibarat pedang
Ia dapat melukai siapa saja
Mencari kegiatan kerja sambilan
Digunakan sebagai tambahan saku
Perkataan juga ibarat kendaraan
Yang dapat dipakai untuk menolong dirimu
Rombongan haji telah lama pulang
Memakai kopiah putih dan sorbannya
Memang lidah tak bertulang
Pandai-pandailah menjaganya
Pemain gambus tampan dan tenar
Memakai topi berwarna biru
Jika lidah tak dijaga dengan benar
Maka ia akan menghancurkanmu
Rumah makan mingan dua saudara
Dibangun dengan kerja keras sendiri
Rukun-rukunlah dengan saudara
Uang bisa digali kemana lagi saudara dicari
Berhati-hati dalam berkendara
Jangan lupa perhatikan jalannya
Berbuat baiklah kepada mereka
Karena keluarga sangat mahal harganya
Berlari-lari bocah di beranda
Senangnya bukan kepalang
Hormati yang tua sayangi yang muda
Niscaya kau dapati penghormatan dan kasih sayang
Siang hari makan manisan
Matang di pohon segar rasanya
Rajin-rajilan menanam kebaikan
Kelak kau akan menuai hasilnya
Lebih baik dirasakan bersama
Dari pada dipendam sendiri
Ingat-igatlah pepatah lama
Siapa yang menanam dialah yang akan menuai
Perut kenyang makan ketan
Setelah semalaman tak makan
Siapa yang berbuat kejahatan
Ia juga akan mendapat balasan
[sc:ads]
B. Contoh Pantun Jenaka
Pantun Jenaka 4 Bait
Perombak galak berwajah bengis
Tak tahunya mereka banci
Bersiul-siul menggoda sang gadis
Malah dikira sedang melatih burung bernyayi
Kini perompak tak lagi terlihat bengis
Kumis dan janggutnya telah habis dicukur
Bernyanyi-nyanyi memikat gadis
Malah dikira sedang tidur mendengkur
Belajar temali mengikat simpul
Talinya kusut simpul tak rampung
Alangkah buruknya aku bersiul
Hingga dikira melatih burung
Kawanan perompak pergi kemari
Berpakaian lusuh penuh dengan lumpur
Alangkah rusaknya suaraku bernyanyi
Sampai dikira suara mendengkur
Pantun Jenaka 3 Bait
Belagak sombong menepuk dada
Terbatuk-batuk menepuk terlalu semangat
Berlagak gagah macam satria garuda
Mengangat sekarung gandum pun tak kuat
Mendaki semeru lewat ranu kumbolo
Perjalanan jauh membuat kaki sakit
Lagaknya kau macam rambo
Dengan jangkrik saja kau terbirit-birit
Menimbang gandung dengan neraca
Membeli sekantung dengan murah sekali
Gaya kau macam gatot kaca
Makan sambal saja kau tak berani
Pantun Jenaka 12 Bait
Merantau jauh tak juga kembali
Mengadu nasib ke Tanjung Pinang
Hendak memancing malah terjebur kali
Terepeleset kulit pisang kebun pakcik Omang
Berjingkrak-jingkrak melompat jempalitam
Bocah nakal yang punya seribu akal
Datang dari rumah niatan dapat ikan
Tak disangka malah mendapat sial
Tangan kuli terasa kasar
Setiap hari mengaduk pasir di lubang
Maksud hati dapat tangkapan yang besar
Malah dapat akar pohon tumbang
Memelihara ikan di keramba
Jangan ditunda mulailah sekarang
Malang nian nasib hamba
Tak pandai sekolah tak pandai pula berenang
Jatuh tersungkur terjungkir balik
Pada saat musim paceklik
Masih untung nasib baik
Sungai tak dalam masih dapat naik
Memakai kain sarung berwarna merah
Kain tak lembut melainkan amat kasar
Sampai di rumah istri marah-marah
Menagih janji tangkapan yang besar
Hari jumat disunnahkan memotong kuku
Bola bekel jatuh melenting
Alangkah menyesalnya hatiku
Telah sesumbar sebelum memancing
Seharian puasa ingin makan
Mau lebaran makan ketupat
Badan mengigil kedinginan
Masuk angin sudah pasti didapat
Luasnya kebun juragan sarbini
Memakai kopiah berwarna biru
Masuk angin sudah diriku ini
Digosok dengan minyak lampu
Perhatikanlah urusan asal muasal
Agar kau tahu latarbelakang hidupmu
Perut kembung terasa mual
Alamak sial nian diriku
Semut kecil terlihat bersalaman
Membawa makanan sebesar pasak
Perut lapar hendak makan
lupa kalau bini tak masak
setelah salaman buru-buru pergi
menghadiri kenduri di rumah paman
bini marah-marah lagi
karena tak ada ikan untuk lauk makan
Baca Juga: